Sabtu, 04 Juli 2009

BAJU KEBESARAN RAJA (Arti Sebuah Kejujuran)

Pada suatu masa terdapatlah sebuah kerajaan yang sangat megah , tiang –tiangnya terbuat dari batangan emas, relief dindingnya berhias batu permata, kubahnya terbuat dari anyaman perak dan lantainya terbuat dari kaca berlapis intan, kemegahan kerajaan ini sudah tersohor ke seluruh negeri. Kerajaan ini dipimpin oleh raja yang baik hati, kendati begitu rakyat tetap saja tidak menyukai sifat sombong sang raja yang senang berpesta danberpoya-poya.

Suatu hari sang raja memanggil penasehat pribadinya,” Wahai paman penasihatku, ingatkah engkau bahwa dua bulan lagi adalah peringatan kelahiranku yang ke-50”. ”Tentu saja saya sangat mengingatnya baginda, apalagi ini adalah ulang tahun emas paduka.”ungkap sang penasihat. “Kalau begitu aku ingin engkau mempersiapkan segala sesuatu untuk kemeriahan pesta tersebut selama tujuh hari tujuh malam dan jangan lupa buatkan sayembara barang siapa yang bisa membuatkan gaun kebesaranku yang paling indah, maka aku akan memberinya hadiah lima peti emas”. “ Baik paduka saya akan jalankan titah paduka”,sahut sang penasihat sambil menghatur sembah dan berlalu. Keesokan harinya seluruh keluarga istana disibukkan oleh persiapan pesta ulang tahun sang raja, dan penasihat kerajaan pun telah mengumumkan sayembara tersebut.

Konon, sayembara tersebut terdengar juga oleh sekelompok penipu. Mereka dengan bersemangat pergi ke kerajaan untuk mendaftarkan diri sebagai peserta sayembara. Di hadapan raja mereka segera menyatakan kesanggupannya untuk membuat gaun yang terindah dan mereka meminta raja menyediakan sekeranjang permata dan berlian, benang yang terbuat dari emas dan perak serta kain sutera. “Baiklah saya akan penuhi segala kebutuhan untuk gaunku tersebut, “katakan berapa lama gaunku akan selesai ?”, Tanya baginda. “ kira-kira empat puluh hari dan kami minta sebelum pakaian tersebut selesai jangan ada seorangpun yang boleh melihatnya, karena itu kami minta satu ruangan khusus, baginda” kata sang penipu, akhirnya baginda pun memenuhi segala permintaan ketiga penipu tersebut. Sejak hari itu setiap hari siang dan malam selalu terdengar suara berisik alat pemintal.

Akhirnya sampailah hari ke-40,sang raja lalu memanggil ketiga penipu tersebut. “Bagaimana apakah gaunku telah selesai ?, aku sudah tak sabar ingin melihatnya”, Tanya baginda. “Tentu saja malam nanti baginda boleh melihatnya, dan perlu baginda ketahui, bahwa gaun ini memiliki keistimewaan, tidak sembarang orang dapat melihatnya,” kata salah satu penipu. “ Apa maksudmu wahai penjahit ?”, sang raja bertanya penuh dengan keheranan, begitu pula para penasihat, panglima dan prajurit yang mendengarnya, mereka saling berpandangan penuh dengan rasa penasaran. “Begini baginda, gaun tersebut hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang berhati bersih, jujur dan pintar. Jika orang tersebut tak dapat melihatnya maka orang itu berarti tidak jujur dan tolol, jadi dia tak layak menduduki posisinya saat ini”. Jelas si Penipu.

Malam tiba, Sang baginda terlihat sangat gelisah, ia merasa tak percaya diri untuk melihat gaun kebesarannya tersebut, akhirnya ia memerintahkan penasihatnya untuk melihatnya pertama kali, dengan perasaan cemas sang penasihat mendatangi ruangan dimana gaun tersebut dijahit. “ selamat malam tuan ,silahkan masuk” ketiga penipu itu mempersilahkan penasihat kerajaan masuk sambil tersenyum mereka berakting seolah-olah sedang memegangi gaun sang raja. Sang pensihat gemetar dan bingung, ia merasa takut untuk berterus terang pada raja bahwa ia tak dapat melihat gaun tersebut, beberapa saat ia terdiam.” Bagaimana, gaunnya sangat indah bukan?” salah satu penipu bersuara. “ Oh, iya, gaunnya indah sekali, baginda pasti sangat bangga dan senang mengenakannya” jawab penasihat sambil berlalu.

Begitulah seterusnya, secara bergantian para panglima, prajurit sampai dayang-dayang istana bergantian melihatnya, tapi mereka mengalami hal yang sama dengan penasihat kerajaan dan berpura-pura melihat gaun tersebut karena takut dianggap tidak jujur dan tolol sehingga mereka dipecat dari istana. Berita ini telah tersebar keluar istana, masyarakat pun sudah tidak sabar menunggu datangnya perayaan pesta tersebut untuk melihat gaun istimewa tersebut, walaupun diliputi perasaan cemas.

Tepat pada hari perayaan tersebut, Baginda raja sudah bersiap sejak pagi sekali, beliau ingin segera memakai gaun kebesarannya yang sangat megah tersebut, ia membayangkan pasti semua orang akan takjub melihat gemerlapnya permata,berlian dan emas pada rajutan gaun suteranya. “ Ampun Paduka, para penjahit sudah datang bersama dengan gaun kebesaran paduka”, seorang prajurit datang menghaturkan sembah.” Baik, suruh mereka masuk” titah sang raja. Ketiga penipu itu masuk sambil seolah-olah sedang memegangi gaun sang raja. Betapa terkejutnya sang Baginda, karena ia tak dapat melihat gaun tersebut sedikit pun, namun sang raja tetap tenang dan mendekati ketiga penipu tersebut, seolah-olah ia benar-benar melihatnya. Dengan perasaan yang tak menentu, sang raja mulai melepaskan pakaiannya dan berpura-pura mengenakan gaun kebesarannya. Sang raja merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya, perlahan-lahan Baginda berjalan menuju kereta kencananya,sambil bertanya pada penasihatnya, “Benarkah gaunku ini sangat indah?”, “ Benar, paduka gaun itu indah sekali”, jawab penasihat. Sang Raja semakin bingung.Akhirnya dengan perasaan percaya diri yang dibuat-buat Baginda Raja Naik ke kereta kencana dan mulai bergerak meninggalkan Istana, Baginda Raja melambai-lambaikan tangannya kepada rakyat yang telah menunggunya, Semua mata tertuju pada Raja, mereka berpura-pura berdecak kagum seakan-akan melihat gaun kebesaran tersebut, padahal dalam hati mereka bertanya-tanya bahkan ada yang tertawa dalam hati melihat Sang Raja yang telanjang di atas kereta kencananya. Para wanita pun banyak yang memerah mukanya melihat ketidakwajaran yang dilakukan oleh rajanya, tapi apa mau dikata jika mereka jujur berkomentar, mereka pasti akan dihukum . Sampai pada akhirnya sang raja turun dari kereta mendekati seorang Bapak yang tua renta bersama cucunya. Bocah kecil itu tertawa terpingkal-pingkal sambil menunjukkan jarinya pada Baginda, raja terlihat sangat marah dan menghampiri bocah tersebut . “ Hei, anak kecil kenapa kau tertawa begitu geli, apakah kau sedang mengejekku?” sapa Baginda dengan kesal. “ Tentu saja saya tertawa, apakah Baginda tidak sadar kalau baginda itu sedang telanjang” seru bocah sambil tertawa, sementara si kakek terlihat sangat takut. Bocah tersebut berteriak-teriak sambil bertepuk tangan “ Baginda bugil… baginda bugil … terus berulang-ulang dan mulai diikuti oleh anak-anak yang lain, beberapa orang pun mulai sadar bahwa apa yang dikatakan anak-anak itu benar, satu persatu mereka pun pergi meninggalkan arena pesta. Sang Raja merasa marah dan malu, lalu beliau meminta jubah kepada penasihatnya dan kembali keistana dengan kereta kencananya.

Setelah sampai di Istana sang raja memanggil semua pegawainya dan akhirnya mereka pun mengutarakan apa yang sebenarnya mereka lihat, akhirnya sang raja menghukum semua pegawai yang mempermalukannya dan memberikan hadiah kepada anak-anak kecil yang telah berkata jujur, sedangkan para penipu tersebut dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dan selama menjalani hukuman mereka ditugaskan untuk menjahit pakaian semua pegawai istana setiap hari. Baginda pun sadar bahwa dirinya telah berbuat sesuatu yang tolol dan tidak mau berkata jujur, mulai saat itu sang Raja berubah sikap menjadi lebih arif, bijaksana dan meninggalkan kebiasaannya berpoya-poya, negeri itu menjadi negeri yang paling kaya dan makmur.

“Artikel ini didedikasikan bagi para pemimpin yang jujur.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar